YPKGM menggelar konsultasi Multi Stake Holder Dalam Meningkatkan Rantai Komoditas Kopi Di Kabupaten Lumajang

Peserta Konsultasi Multistake holder

PACA adalah tools yang digunakan oleh VECO Indonesia dan disosialisasikan kepada para mitranya termasuk YPKGM sebagai alat untuk memperkuat mata rantai komoditas dalam sebuah mata rantai pertanian berkelanjutan (SACD) , melalui :

• Analisis Situasi
• Identifikasi Intervensi

Memahami Rantai Pertanian akan membantu kita dalam mendapatkan informasi / gambaran : (Kekuatan/Kelemahan), Peluang dan Ancaman, evaluasi dan pengembangan kedepan.

Bagaimana seharusya kita memahami PACA :

• Proses pengkajian/assessment dan analisis rantai komoditas secara partisipatif à salah satu pendekatan untuk pengembangan rantai pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture Chain Development – SACD).
• Proses berkelanjutan, tidak hanya untuk pengkajian awal saja tetapi terus menerus sampai dengan monitoring dan evaluasi perkembangan dari hasil-hasil dan kegiatan aksi yang dilakukan dalam pengembangan rantai komoditas pertanian.
• Dimaksudkan untuk menemukan cara melalui intervensi pada rantai, dimana produsen kecil menjadi bagian dari sebuah rantai pertanian yang berkelanjutan dengan menyadari bahwa kekuatan serta keberlanjutan rantai ditentukan oleh adanya koordinasi yang baik antar stakeholder pada rantai.
• Penekanan pada kerjasama rantai yang luas melalui pengembangan komitmen antar stakeholder untuk memberikan produk dengan spesifikasi dan kualitas sesuai pemintaan pasar.

Kenapa kita pada hari ini kita melibatkan banyak pihak, karena kita ingin melakukan PACA ini secara partisipatif

• PACA bisa digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan rantai pertanian berkelanjutan

• Kalau beruntung pada akhir forum ini kita bisa merumuskan Action Plan dan m enyusun metode untuk mengevaluasi RTL yang kita hasilkan pada forum ini.

• Tidak mungkin rantai yang kita kembangkan ini kuat jika tidak ada koordinasi dari petani dan didukung oleh multi stake holder

Analisis Situasi Perkembangan Komoditas Kopi Di Lumajang

Kenapa kita mengambil komoditas kopi, karena YPKGM sekarang ini fokus pada dua komoditas Kopi dan Pisang. Berbeda dengan Komoditas Pisang yang sudah cukup dikenal, Komoditas kopi di lumajang sebenarnya sangat potensial tetapi kurang dikenal

Sebelum menuju forum multi stake holder ini kita telah melaksanakan tahapan – tahapan kegitan :

• PRA dan Pemetaan potensi wilayah di kabupaten Lumajang
• Analisis rantai komoditas kopi / rantai produk Kabupaten Lumajang
• Pengorganisasian produsen kopi Kabupaten Lumajang
• Penguatan asosiasi produsen kopi Kabupaten Lumajang

Selanjutnya dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut kita mendapatkan DATA DASAR ANALISIS SITUASI, disini kita memetakan beberapa daerah sentra penghasil kopi di Kabupaten Lumajang sebagai Sampel (Pasrujmabe, Senduro, Gucialit, Randuagung, Candipuro, Tempursari), untuk daerah yang lain nantinya bisa ditambahkan oleh Dinas Perkebunan.

Dari Data Dasar Analisi Situasi ini kita bisa mendapatkan gambaran / peta potensi dan permasalahan

POTENSI :

• Kebun kopi yang subur
• Secara umum kondisi kebun dengan ketinggian 400 – 700 dpl dengan kondisi tanah yang relatif subur disekitar lereng semeru yang banyak mengandung bahan vulkanik dan organik cocok untuk budidaya kopi robusta dengan produktifitas rata-rata 8 kw kopi / ha
• Kemampuan dasar budidaya kopi
• Tanaman kopi yang sudah ada sejak jaman penjajahan belanda dengan ketrampilan dasar budidaya yang telah dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas kopi

MASALAH :

• Perencanaan dan pengelolaan kebun
• Model tumpangsari menyebabkan kopi kurang optimal sehingga produktifitasnya rendah
• Sebagian besar petani baru berorientasi produksi
• Modal kelompok untuk mengorganisir pasar masih kecil

Dari sini (Analisis Situasi Dasar) kita kemudian mendapatkan :

• Gambaran Mata Rantai Komoditas Kopi
• Memahami Isu dalam Mata Rantai Komoditas Kopi
• Menentukan Pihak – pihak yang strategis dalam memperbaiki rantai kopi